Sabtu, 07 November 2009


kebudayaan indonesia

I. PENDAHULUAN
Sejarah kebudayaan indonesia telah dimulai semenjak jaman prasejarah, yang pada kemudian hari masyarakat dan kebudayaan dinusantara berkembang menjadi beragam budaya dan bangsa yang berbeda-beda dan berspesifikasi. Kebudayaan kebudayaan diindonesia tentu saja tidak terlepas dari pengaruh kebudayaan india dan kebudayaan tiongkok. Pada masa pra dan pasca kolonialisme budaya arab dan budaya eropa memiliki pengaruh yang besar bagi masyarakat diindonesia.
A. pengaruh kebudayaan hindu (india)
kebudayaan hindu pada dunia zaman itu mempunyai kekuatan yang besar untuk merembet dan mempengaruhi kebudayaan diseluruh kawasan asia tenggara dan indonesia pada khususnya. Pengaruh ini tercermin dari kerajaan-kerajaan indonesia pada zaman dahulu. Kerajaan-kerajaan diindonesia banyak mengambil pelajaran dari hasil hubungannya dengan kebudayaan hindu tersebut, mulai dari sistem religi hingga struktur pemerintahan.
B. pengaruh kebudayaan tiongkok
dikarenakan hubungan yang dilakukan sejak zaman nenek moyang kita yang terdahulu, maka kebudayaan tiongkok mempunyai banyak pengaruh bagi variasi kebudayaan yang ada dinusantara. Banyak kerajaan-kerajaan yang ada dinusantara pada zaman dahulu bersahabat ataupun berlindung kepada kerajaan besar ini. Selain juga dikarenakan hubungan perdagangan.
C. pengaruh kebudayaan islam
dengan letak indonesia yang strategis maka kita diuntungkan dengan menjadi jalur lalu lintas perdagangan bagi berbagai bangsa. Dan salah satu bangsa tersebut adaah bangsa arab yang ikut menanamkan pengaruh agama islam bagi penduduk indonesia. Pada mulanya pengaruh islam hanya terasa didaerah pesisir yang menjadi kota-kota pelabuhan, namun dengan berkebangnya waktu maka pengaruh islam tersebar luas dihampir seluruh wilayah nusantara dan memberikan corak bagi beragam kebudayaan yang kita miliki.
D. pengaruh kebudayaan eropa
pada mulanya pengaruh kebudayaan eropa masuk keindonesia didahului dengan aktivitas perdagangan yang kemudian berkembang menjadi penjajahan. Sangat sedikit pengaruh eropa pada kebudayaan indonesia dikarenakan kebudayaan ini tidak sejalan dengan kebudayaan asli indonesia. Walaupun demikian kebudayaan eropa tetap memberikan pengaruh bagi kebudayaan indonesia.

II. RAGAM BUDAYA YANG ADA DIINDONESIA
Indonesia merupaka sebuah negara kepulauan yang sangat besar dan memiliki banyak budaya asli yang berbeda antara satu dengan lainnya. Seperti uraian yang telah disebutkan dalam bab sebelumnya, dengan adanya banyak pengaruh yang memberikan pengaruh bagi perkembangan kebudayaan bangsa ini maka sewajarnya kita berbangga dengan kebudayaan tersebut. Bukan menjadikan budaya tersebut sebagai pembeda antara satu dengan yang lain dan berpotensi menimbulkan perpecahan.
Dalam kesempatan ini kita akan mencoba menguraikan bermacam kebudayaan dari sabang hingga marauke. Kebudayaan-kebudayaan tersebut antara lain :

1. kebudayaan kepulauan sebelah barat sumatera
2. kebudayaaan batak
3. kebudayaan minahasa
4. kebudayaan ambon
5. kebudayaan flores
6. kebudayaan timor
7. kebudayaan aceh
8. kebudayaan minangkabau
9. kebudayaan bugis-makassar
10. kebudayaan bali
11. kebudayaan sunda
12. kebudayaan jawa
13. kebudayaantionghoa





1. PENDUDUK KEPULAUAN SEBELAH BARAT SUMATRA
Disebelah barat sumatra ada suatu deret kelompok kepulauan yang merupakan bagian dari deret-deret pulau dipinggir deret pulau pokok diindonesia. Kelompok kepulauan itu dari utara keselatan adalah : simalur, banyak, nias, batu, mentawai dan enggano.
Penduduk simalur telah banyak yang beragamaislam lama sebelum belanda datang kedaerah itu pada tahun 1856. Walaupun mereka banyak terpengaruh adat istiadat aceh dan banyak yang fasih menggunakan bahasa aceh namun mereka punya kebudayaan sendiri.
Di dalam bab kita akan membicarakan dua kelompok kepulauan yaitu kepulauan nias dan mentawai.

A). Kebudayaan Nias
a. Identifikasi
Penduduk nias, yang merupakan pulau terbesar belum pernah terpengaruh kebudayaan hindu maupun islam. Walaupun mereka pernah menjadi jalur perdagangan islam pada masa pemerintahan portugis dimalaka. Kebudayaan megalitik lebih mantap dipulau itu, mereka telah mengembangkan kebudayaan dan kpribadian mereka hingga pengaruh kristen masuk pada tahun 1874 dan kemudian disusul oleh protestan yang masuk dari bagian selatan.
b. Penduduk dan Perkampungan
Asal dari orang nias atau ono niha yang yang secara lahiriah mempunyai warna kulit yang lebih terang dari orang indonesia lainnya belum kita ketahui. Bahasa yang mereka gunakan termasuk kedalam bahasa melayu-polinesia, tetapi agak berbeda dengan bahasa nusan tara lainnya yang bersifat vokalis, yaitu tidak mengenal konsonan ditengah maupun diakhir kalimat. Bahasa nias mempunyai dua logat yaitu logat nias utara dan nias selatan atau tello.
Orang nias mendiami kabupaten nias yang terdiri dari satu pulau utama dan dikelilingi oleh beberapa pulau kecil. Satu-satunya lalu lintas yang dapat digunakan disana adalah jalan-jalan setapak yang akan semakin licin pada saat hujan dan beberapa jembatan peninggalan belanda.
Desa-desa disana disebut banua, satu banua terdiri dari beberapa kampung dan dari duapuluh sampai dua ratus rumah dipimpin oleh seorang keluarga batih senior. Denah desa biasanya menyerupai huruf U, dan pada pusat ujungnya terdapat rumah tuhenori/salawa (kepala desa). Rumah adat nias mempunyai dua bentuk, ada yang berdenah bulat telur dan persegi. Rumah adat ini biasanya hanya dipakai oleh pemimpin-pemimpin kampung. Sebagai pelengkap tiap rumah dibangun tugu batu yang disebut saita gari. Dinias pada masa lalu terdapat pula rumah berhala (osali), pada masa sekarang sebagai gantinya mereka bangun gereja dan mereka memberi nama yang sama pula.
c. Sistem Kekerabatan
Kelompok kekerabatan terkecil adalah keluarga-batih, tetapi kelompok yang penting adalah sangambato sebua yakni keluarga luas yang terdiri dari keluarga batih senior ditambah dengan keluarga batih-batih putranya dalam satu rumah tangga.
Gabungan dari sangambato sebua adalah mado atau kita lebig mengenalnya sebagai marga ataupun klan.
Adat perkawinan orang nias terdiri dari beberapa unsur bertahap, yaitu :
a. meminang yang terdiri dari beberapa upacara (mamebola, famuli mbola)
b. penentuan hari pernikahan (fangoto bongi)
c. upacara pernikahan (fangowalu)
d. upacara yang terakhir adalah menjenguk orang tua (famuli nucha)
selain perkawinan, peristiwa yang penting lainya adalah kematian. Untuk ini mereka mempunyai dua upacara penting yaitu upacara perjamuan terakhir apabila sudah hampir tiba ajalnya (famalakhisi) dan upacara pemakaman (fanoro satua).
Suatu adat iniasi asli yang sampai sekarang masih dipraktekkan oleh orang nias kristen protestan adalah tradisi berkhitan pada saat anak laki-laki berumur 6 tahun. Kegiatan ini sempat dilarang oleh pihak zending R.M.G, tetapi tetap dilakukan.
d. Sistem Kemasyarakatan
Sebelum kedatangan belanda pada tahun 1669, orang nias terpecah menjadi beberapa kesatuan setempat yang otonom dan setelah datangnya orang belanda kesatuan-kesatuan tersebut disatukan menjadi afdeling nias dibawah pimpinan seorang asisten residen.
Terdepat beberapa lapisan masyarakat dalam adat istiadat orang nias, antara lain :
a. siulu/bangsawan
b. ere/pemuka agama
c. ono mbanua/rakyat jelata
d. sawuyu/budak
lapisan-lapisan ini bersifat exsklusif atau mobilitas hanya terjadi dalam satu golongan saja. Namun mereka dapat berpindah golongan kepada golongan yang lebih rendah, sebenarnya mereka dapat berpindah kegolongan yang lebih tinggi namun biayanya sangat besar. Pada masa sekarang ini penggolongan itu tetap berlangsung dikarenakan banyak orang yang terpelajar yang berasal dari golongan paling tinggi yaitu siulu.
e. Agama dan Religi
Berkat penyaran agama kristen dari rheinische mission gesselschaft (RMG), maka sebagian besar penduduk nias beragama kristen protestan. Adajuga beberapa agama lain yaitu islam, katolik, budha dan agama lokal yang disebut pelebegu.
Pelebegu adalah agama asli yang berarti “penyembah roh”. Nama yang digunakan oleh pengikutnya adalah molohe adu. Agama ini berksar pada penyembahan roh nenek moyang yang mereka wujudkan dalam bentuk patung.


B). KEBUDAYAAN METAWAI
a. Identifikasi
Penduduk kepulauan mentawai agaknya tidak terpengaruh kebudayaan zaman megalithik serta teknologi bercocok tanam yang hampir mempengaruhi hampir seluruh bang sa indonesia pada masa prehistoris. Dapat dinyatakan bahwa penduduk kepulauan mentawai baru mengenal padi belum lama ini. Namun demikian penduduk kepulauan mentawai tidak dapat dikatakan sebagai kebudayaan austronesia asli. Begitu juga dengan kebudayaan enggano yang tidak begitu jauh berbeda dengan kebudayaan mentawai.
b. Penduduk dan Perkampungan
Pada zaman dahulu perkampungan dimentawai disebut langgai, tetapi pada zaman sekarang sudah lazim disebut perkampungan. Ditiap-tiap kampung terdiri dari 3 sampai 5 wilayah yang disebut perumaan yang berpusat pada satu rumah panggung besar dan dikelilingi rumah-rumah kecil. Uma sering difungsikan sebagai tempat pertemuan, jamuan dan sebagainya, namun kadangkala uma itu dijadikan tempat bermalam bagi keluarga yang sedang mengadakan suatu upacara.
c. Sistem Kemasyarakatan
Suatu uma merupakan suatu kelompok dari orang-orang yang masih mempunyai hubungan kekerabatan melalui ayah, atau hubungan patrilineal. Dengan demikian, dalam kehidupan sosial sehari-hari kesatuan sosial yang paling penting adalah keluarga-batih. Pasangan yang sudah resmi menikah tinggal dilalep pada saat iniah pasangan tersebut menjadi anggota terhormat (ukkui)dalam masyarakat dan konsekuensinya hal ini membawa kewajiban sosial yang lebih besar.
Pada saat orang mentawai meninggal, maka harta miliknya terlepas dari harta itrinya dibagi antara anak-anaknya. Rumah lalepnya diberikan pada anak yang kebetulan tinggal dirumah itu.
d. Sistem Religi
Sebagian besar orang mentawai beragama kristen, namun ada juga penduduk yang beragama katolik dan islam. Namun, dalam desa-desa yang kesatuan sosial uma itu masih aktif seperti disiberut beberapa kosep dan unsur-unsur upacara yang berasal dari religi lama tetap dipertahankan dan dipelihara.
Tokoh dukun dalam masyarakat mentawai lama disebut sikerei, seperti dukun pada umumnya seorang sikerei biasa diminta bantuan untu menyembuhkan penyakit maupun melakukan ilmu gaib yang produktif seperti membuat jimat untuk hasil tangkapan ikan dan lain-lain.

2. KEBUDAYAAN BATAK
a. Identifikasi
Pada umumnya orang batak tinggal dipegunungan sumatera utara, mulai dari perbatasan daerah istimewa aceh sampai dengan perbatasan riau dan sumatera barat. Selain itu ada juga yang mendiami daerah pegunungan pantai timur dan pantai barat sumatera utara.


b. Penduduk dan Perkampungan.
Menurut cerita-cerita suci (tarombo) orang batak, terutama batak toba. Semua sub suku-suku batak berasal dari satu nenek moyang yang sama yaitu si raja batak. Dalam kehidupan sehari-hari, orang batak menggunakan beberapa logat yaitu :
• logat karo
• logat pakpak
• logat simalungun
• logat toba
dikalangan batak ada beberapa pengertian yang bermaksud untuk menyatakan kesatuan teritorial dipedesaan, antara lain :
(a) huta,yaitu kesatuan teritoril yang dihuni oleh keluarga yang satu klen
(b) kuta, yaitu dihuni oleh beberapa klen yang berbeda
(c) lumban, yaitu suatu wilayah yang dihuni oleh satu bagian klen
(d) sosor, yaitu kampung baru yang didirikan akibat huta induk terlalu penuh
(e) bius, partahian, urung dan partumpukan yaitu suatu gabungan dari kuta dan huta dalam arti beberapa daerah yang berbeda.
c. Sistem kekerabatan
Perkawinan bagi adat batak bukan hanya pranata mengikat seorang laki-laki dan perempuan, tetapi juga mengikat dalam suatu hubungan tertentu tetapi juga mengikat kaum kerabat dari laki-laki dan perempuan. Ada beberapa unsur yang dilaksanakan sebelum dan sesudah pernikahan, yaitu :
a. kunjungan lamaran yang dilakukan suatu delegasi resmi (nungkuni)
b. perundingan antara kaum kerabat (ngembah manuk)
c. pembicaraan tanggal perkawinan (petuturken)
d. upacara perkawinan
e. upacara pada malam setelah perkawinan (mukul)
f. kunjungan kepada ayah sang istri (ngulihi tudung)
adat batak memeperhitungkan hubungan keturunan itu secara patrilineal, yaitu suatu kekerabatan yang dihitung berdasarkan satu ayah. Sistem kekerabatan terkecil adalah keluarga-batih. Setelah itu untuk yang lebih besar yang mencakup suatu klen kecil disebut saompu. dan yang terbesar adalah marga, yang berisi klen besar yang patrilineal.
d. sistem kemasyarakatan
stratifikasi sosial orang batak dapat dilihat berdasarkan prinsip-prinsip dibawah ini, yaitu :
a. umur
a. danak-danak yang terdiri dari anak-anak dan pemuda-pemudi
b. kalak singuda yang terdiri dari orang-orang setengah baya
c. tua-tua yang terdiri dari orang tua-tua
b. pangkat dan jabatan
a. biak raja yang terdiri dari golongan bangsawan
b. ginemgem yang terdiri dari para orang pandai dalam bidang-bidang tertentu
c. perbedaan sifat keaslian
a. merge taneh yang terdiri dari keturunan orang yang mendirikan kuta
b. orang yang datang kemudian
e. sistem religi
walaupun sebagian besar orang batak sudah beragama kristen maupun islam, namun banyak konsep-konsep agama aslinya yang masih hidup. Agama asli ini tercermin pada konsepsi penciptaan, mereka beranggapan bahwa alam dan segala isinya diciptakan oeh debata muljadi na bolon, yang bertempat tinggal dilangit dan mempunyai nama sesuai dengan tugas dan kedudukannya.

3. KEBUDAYAAN MINAHASA
a) identifikasi
orang minahasa adalah orang yang mendiami suatu daerah pada bagian timur jazirah sulawesi utara. Penduduk minahasa dapat dibagi dalam 8 kelompok sub-etnik, yaitu :
tounsea, toumbulu, tountemboan, toulour, tounsawang, pasan, panasokan, dan bantik.
Melayu manado adalah bahasa umum yang dipergunakan dalam komunikasi antar mereka maupun dengan penduduk suku bangsa yang lain. Tampaknya bahasa melayu manado menggantikan bahasa pribumi manado sebagai bahasa ibu.
b) penduduk dan perkampungan
sebagai kesatuan-kesatuan administrasi yang dipimpin oleh seorang yang disebut hukum tua (kuntua). Namun, dewasa ini kesatuan-kesatuan tersebut sudah diganti dengan kelurahan. Pola perkampungan diminahasa bersifat menetap, dalam artian penduduknya cenderung tidak lenyap. Aspek lain dari pola desa diminahasa adalah memanjang mengikuti jalan raya.
Bentuk rumah orang minahasa pada masa sekarang ini telah banyak berbeda dari bentuk rumah kuno. Naun masih ada unsur dan ciri khas yang masih dipelihara antara lain adalah rumah didirikan diatas tiang-tiang yang tingginya sampai 2.5 meter. Bentuk rumah juga biasanya menentukan orang tersebut tergolong berada atau tidak.
c) sistem kekerabatan
hubungan kekerabatan orang minahasa bersifat billateral, yaitu berasal dari keturunan pria maupun wanita. Menyangkut soal pernikahan orang minahasa membenarkan kebebasan untuk menentukan jodohnya sendiri. Sesudah menikah , secara ideal pengantin baru tinggal menurut aturan neolokal (tumampas) pada tempat kediaman yang baru dan tidak mengelompok disekitar kediaman kerabat.
d) sistem kemasyarakatan
mapalus atau gotong royong dan saling membantu satu sama lain sangat dikenal dikalangan penduduk minahasa. Mapalus ini biasanya berkaitan dengan bantuan dalam pertanian dan beberapa upacara yang banyak membutuhkan tenaga.
e) sistem religi
dalam derajat kepercayaan yang berbeda-beda unsur kepercayaan pribumi yang dapat disaksikan pada orang minahasa, yang pada saat sekarang ini resmi memeluk agama protestan, katolik maupun islam, namun masih dapat kita jumpai religi asli daerah ini.
Menurut mitologi orang minahasa rupanya kepercayaan dahulu mengenal banyak dewa. Dewa yang tertinggi kedudukannya mereka sebut opo wailan wangko. Dan dibantu dengan beberapa dewa yang mempunyai kedudukan masing-masing.
4. KEBUDAYAAN AMBON
a. identifikasi
ambon merupakan salah satu pulau dari kepulauan maluku, yang terletak antara pulau irian dan pulau sulawesi. Penduduknya pada umumnya tinggal dipantai dan berasal dari campuran orang asli dan pendatang. Sedangkan penduduk yang tinggal dipegunungan merupakan penduduk asli.
Dikarenakan gejala isolasi antar pulau maka terjadi perbedaan kebudayaan antara mereka. Namun pada dasarnya unsur dan azas yang digunakan adalah sama. Dikarenakan keterbatasan ruang yang tersedia maka saya membatasi tentang ambon saja. Istilah orang ambon disini, dipakai untuk penduduk dari pulau hitu, ambon, haruka, saparua dan seram barat.
b. penduduk dan perkampungan
pada umumnya desa-desa diambon didirikan sepanjang satu jalan utama, rumah-rumah itu didirikan secara berdekatan. Pada zaman dahulu perkampungan tersebut disebut aman yang dipimpin oleh seorang ama.
Rumah-rumah penduduk asli biasanya merupakan rumah-rumah bertiang, berbeda dengan rumah orang kristen maupun islam yang didirikan sejajar dengan tanah. Rumah berbentuk segi empat yang kecil pada bagian serambi depannya disebut dego-dego. Dengan dinding berasal dari tangkai daun sagu yang disebut dinding gaba-gaba. Rumah kepala desa dibangun dengan megahnya dengan gaya eropa dan terletak ditengah perkampungan berdekatan dengan bangunan penting seperti balai desa (baileu).
c. sistem kemasyarakatan
seperti telah diuraikan diatas, sebuah desa dipimpin oleh seorang raja (kepala desa), kepala adat yang dianggap menguasai suatu bagian desa (aman) dan kepala bagian desa (kepala soa). Selain itu juga dikenal tuan tanah, kapitan (panglima perang), kewang (polisi hutan) dan marinyo (penyiar berita). Jabatan-jabatan ini ditentukan oleh satu dewan desa yang disebut badan saniri negeri.
d. sistem kekerabatan
sistem kekerabatan orang ambon berdasarkan hubungan patrilineal, yang diiringi dengan pola menetap patrilokal. Kesatuan kekerabatan yang penting setelah keluarga adalah matarumah, dapat dikatan matarumah adalah klen-kecil yang bersifat patrilineal. Kesatuan lain yang lebih besar disebut dengan famili yaitu kesatuan kekerabatan disekeliling individu yang terdiri dari warga-warga yang masih hidup dari matarumah asli.
e. sistem religi
seperti kebudayaan kebudayaan yang lain walaupun sudah memeluk agama modern namun mereka masih memiliki agama asli. Mereka masih percaya akan adanya roh-roh yang harus dihormati, diberi makan dan bertempat tinggal. Orang yang dianggap bisa memfasilitasi antara manusia dan roh-roh itu disebut mauweng.

5. KEBUDAYAAN FLORES
a. identifikasi
pulau flores merupakan kelompok kepulauan yang berada pada wilayah nusa tenggara. penduduk flores sebenarnya tidak merupakan satu suku bangsa dengan satu kebudayaan. Ada 8 sub-suku-bangsa yang mempunyai logat bahasa berbeda, antara lain : manggarai, riung, ngada, nage-keo, ende, lio, sikka dan larantuka.
Dalam bab ini dikarenakan keterbatasan ruang dan data keterangan yang paling banyak maka saya membatasi hanya membahas kebudayaan manggarai.
b. penduduk dan perkampungan
perkampungan diflores pada umumnya dibangun diatas bukit untuk keperluan pertahanan. Dikenal pula 3 bagian kampung yaitu depan (pa’ang), tengah (beo) dan belakang (ngaung). Ditengah-tengah kampung terdapat balai desa (mbaru gendang) dan lapangan (terse).
Dimanggarai, rumah kuno berbentuk rumah lingkaran diatas tiang-tiang setinggi 1 meter. Atapnya terbuat dari jalinan-jalinan jerami, berbentuk kerucut dan menjulang tinggi. Kolong rumah berfungsi sebagai tempat menyimpan alat pertanian, tingkat tengah dihuni oleh manusia dan tingkat paling atas dianggap sebagai tempat tinggal nenek moyang merangkap sebagai penyimpanan benda keramat.
c. sistem kekerabatan
sistem perkawinan dimanggarai biasanya terjadi akibat suka sama suka antara pemuda-pemudi tersebut, namun perkawinan yang dianggap ideal adalah perkawinan dengan anak saudara pria ibu (tungku). Pada beberapa kondisi, seperti dikarenakan tidak mampu membayar mas kawin maka ditempuh kawin lari (kawin roko).
Satuan kekerabatan yang paling kecil adalah rumah tangga (sipopali), setelah itu adalah sebuah klen kecil yang disebut panga. Klen yang besar mereka sebut dengan wa’u, mereka mempunyai lambang maupun unsur kebudayaan yang khas dibandingkan dengan klen lain.
d. sistem kemasyarakatan
struktur kerajaan maggarai yang asli terdiri dari 39 daerah kecil (dalu), tiap dalu terdiri dari sejumlah daerah khusus yang disebut glarang dan tiap glarang terdiri dari beberapa desa (beo).
Stratifikasi sosial budaya manggarai terdiri dari kaum bangsawan (kraeng), lapisan masyarakat biasa (ata lehe) dan lapisan budak (gae meze). Pada zaman sekarang sudah barang tentu lapisan budak tersebut dihapuskan.
e. sistem religi
satu unsur penting bagi religi asli orang maggarai adalah kepercayaan terhadap roh nenek moyang yang mereka sebut empo atau andung. Mereka mengenal tokoh dewa tertinggi dan mereka menyebutnya dengan nama mori karaeng. Pemimpin upacara adat mereka adalah seorang yang disebut ata mbeko.

6. KEBUDAYAAN TIMOR
a. identifikasi
penduduk pulau timor , baik yang tinggal dalam wilayah timor leste maupun yang terdapat dalam wilayah NKRI terdiri dari beberapa suku-bangsa yang berbeda karena bahasa maupun unsur budayanya. Antara lain : orang roti, helon, atoni, belu, kamak, marae dan kupang.
b. penduduk dan perkampungan
pada zaman dahulu orang timor membangun desanya diatas gunung-gunung karang dan dikelilingi oleh tembok batu maupun semak berduri. Keadaan ini dikarenakan mereka takut akan serangan mendadak musuh-musuh mereka. Pada saat kekuasaan belanda, mereka tampaknya sudah mulai berusaha untuk menyatukan desa-desa tersebut kedalam suatu pemukiman yang besar.
Rumah asli orang timor menyerupai bentuk sarang lebah, dengan atapnya yang hampir mencapai tanah. Tiangnya terbuat dari balok-balok kayu dan dindingnya terbuat dari bilah-bilah bambu. Rumah tersebut terdiri dari dua bagian, yaitu bagian luar (sulak) dan bagian dalam (nanan).
c. sistem kekerabatan
untuk asalah perkawinan, perkawinan yang mereka anggap paling ideal adalah antara seorang pemuda dengan anak dari saudara pria ibu. Seorang pemuda bisa kawin dengan wanita manapun, asal tidak dengan anak saudara ibunya yang masih dianggap kerabat.
Budaya timor juga mengenal klen seperti didaerah-daerah tertentu, klen-klen yang ada dalam suatu daerah swapraja pada masa lalu dapat digolongkan dalam 3 lapisan yaitu : bangsawan (usif), orang biasa (tob) dan budak (ate).
d. sistem kemasyarakatan
pada masa lalu pulau timor terbagi atas beberapa kesatuan administratif kerajaan (vorstendom), wilayah itu kemudian terbagi atas wilayah kecil yang bernama kefettoran, yang dikepalai oleh seorang fettor. Dibawah kefettoran ada desa-desa yang disebut ketemukungan.
e. sistem religi
agama asli orang timor berpusat kepada suatu kepercayaan akan adanya dewa langit (uis neno) dan dewa bumi (uis afu). Ada berbagai macam upacara yang ditujukan pada dewa-dewa tersebut dengan tujuan yang berbeda pula. Disamping itu orang timor juga pecaya akan adanya mahkluk-mahkluk gaib disekitar mereka.

7. KEBUDAYAAN ACEH
a. identifikasi
aceh merupakan profinsi yang paling ujung letaknya disebelah utara pulau sumatera. Diaceh sedikitnya ada 4 bahasa yang digunakan dalam masyarakatnya sehari-hari, ini dikarenakan pemecahan dan proses isolasi yang lama antar kelompok. Bahasa-bahasa tersebut antara lain :
a. bahasa gayo-alas (aceh tengah)
b. bahasa aneuk jamee (aceh selatan dan barat)
c. bahasa tamiang
d. bahasa aceh ( aceh timur, utara dan sebagian aceh barat)
sedangkan untuk tulisan mereka menggunakan tulisan arab melayu, huruf ini dikenal setelah masuknya agama islam keaceh.
b. penduduk dan perkampungan
desa diaceh disebut gampong , setiap gampong terdiri dari sekelompok rumah yang berdekatan dan berjumlah 50-100 rumah. Rumah-rumah itu didirikan pada tiang setinggi 2,5-3 meter dari atas tanah. Dengan bentuk bujur sangkar dan selalu menghadap utara atau selatan, adat tataletak rumah tersebut timbul setelah datangnya pengaruh islam. Atapnya terbuat dari daun rumbia dan lantainya terbuat dari papan.
c. sistem kekerabatan
menurut oraang aceh perkawinan merupakan suatu keharusan yang ditetapkan oleh agama. Untuk mendapatkan jodoh biasanya dibutuhkan langkah-langkah sebagai berikut :
a. mengirim utusan (seulangke) kepada keluarga sigadis
b. utusan membawa tanda ikatan (kongnarit)
c. penentuan mas kawin (jeuname) tepat pada saat pernikahan
d. peresmian pernikahan
e. orang tua gadis memberikan tanda pemisah (peunulang)
kelompok kekerabatan terkecil adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak yang belum menikah. Yang dapat dikatakan unik dari kebudayaan aceh adalah kekuasaan wanita yang jauh lebih tinggi dibandingkan pria (dalam rumah tangga). Konon budaya ini timbul setelah masa kekuasaan sultan iskandar muda.
d. sistem kemasyarakatan
dulu kesatuan-kesatuan teritorial diaceh dari urutan yang paling kecil hingga yang paling besar adalah sebagai berikut :
a. gampong (desa)
b. mukim (kumpulan desa)
c. ulee balang (distrik)
d. daerah sagoe (kumpulan mukim)
e. daerah sultan
pemerintah gampong terdiri dari beberapa pejabat antara lain :
f. keusyik, yang bertugas sebagai kepala kampung
g. teungku, kepala agama dalam desa
h. ureung tua, terdiri dari para tetua-tetua desa tersebut.
e. sistem religi
aceh adalah daerah indonesia yang pertama dimasuki oleh islam. Orang aceh pada umumnya adalah pengikut mazhab syafi’i. Al qur’an dan hadis adalah pedoman hidup masyarakat disana, jadi segala tingkah laku harus sesuai dengan unsur-unsur syariah islam.
Makan bersama (kenduri) adalah suatu unsur yang penting dalam upacara keagamaan, dalam acara ini yang diundang adalah kaum laki-laki dari lingkungan sekitar.upacara ini dipimpin oleh seorang teungku, yaitu orang yang faham ayat-ayat al qur’an.

8. KEBUDAYAAN MINANGKABAU
a. identifikasi
kalau kita membicarakan minangkabau dari kebudayaannya, sama halnya dengan membicarakan suku-bangsa lain diindonesia. Dalam pandangan orang minangkabau wilayah mereka terbagi atas darek (darat) dan pasisie (pesisir). Secara tradisional daerah darat terbagi atas tanah data, agam dan limo pulueh koto. Toh walaupun terbagi-bagi orang minangkabau tetap menggunakan bahasa yang sama.
b. penduduk dan perkampungan
budaya minangkabau mengenal desa sebagai nagari yang terbagi lagi atas daerah nagari (pemukiman utama) dan taratak (hutan dan ladang). Keberadaan sebuah nagari biasanya ditandai dengan adanya masjid, sebuah balai adat sebagai tempat persidangan adat dan pasar.
Rumah adat minangkabau disebut dengan rumah gadang, rumah ini berbentuk rumah panggung yang mempunyai sedikitnya 7 ruangan (selalu berjumlah ganjil). Rumah ini ditopang oleh banyak tiang tergantung dari jumlah ruangan yang ada. Ciri khas rumah gadang terletak pada atapnya yang berbentuk seperti tanduk kerbau.

c. sistem kekerabatan
garis keturunan masyarakat minangkabau diperhitungkan menurut garis matrilineal. Seorang termasuk keluarga ibunya dan bukan keluarga ayahnya. Kesatua keluarga yang terkecil disebut paruik (perut). Dalam sebagian masyarakat minangkabau, ada kesatuan kapueng yang memisahkan antara paruik dan suku.
Perkawinan bagi masyarakat minangkabau sebenarnya tidak mengenal mas kawin. Diseserapa daerah, keluarga pengantin perempuan memberi pada keluarga pengantin laki-laki uang jemputan yang bermaksud agar keluarga laki-laki menjemput dan mengawini perempuan tersebut
d. sistem kemasyarakatan
sistem kemasyarakatan masyarakatan minangkabau daoat dikatakan tidak serumit sistem adat yang lain. Sering kali masalah-masalah pedesaan yang timbul diserahkan pada penghulu suku dan penghulu andiko. Sebuah suku selain mempunyai penghulu suku, juga mempunyai dubalang (bertugas menjaga keamanan suku) dan mantri (berhubungan dengan tugas keamanan).
Menurut konsepsi budaya minangkabau, perbedaan lapisan sosial ini dinyatakan dalam istilah :
i. kamanakan tali pariuk (keturunan langsung dari keluarga)
j. kamanakan tali ameh (pendatang baru yang mencari hubungan keluarga dengan mereka)
k. kamanakan bawah lutuik (orang yang menghamba pada suatu keluarga)
e. sistem religi
untuk sistm religi dapat dikatakan seluruh masyarakat minangkabau beragama islam, akan terasa ganjil apabila ada orang minangkabau yang tidak beragama islam. Namun mereka juga tetap mempercayai adanya kekuatan gaib yang bersifat menakutkan. Upacara-upacara keagamaan mereka adalah upacara seperti umat islam yang lain seperti hari raya, khitan dll.

9. KEBUDAYAAN BUGIS-MAKASAR
a. identifikasi
kebudayaan bugi-makasar adalah kebudayaan dari suku-bangsa bugis-makasar yang mendiami bagian terbesar dari jazirah selatan dari pulau sulawesi. Penduduknya terdiri dari suku bangsa : bugis, makasar, toraja dan mandar. Orang bugis mengucapkan bahasa ugi dan orang makasar berbahasa mangasara. Sedangkan sebagai sistem huruf mereka menggunakan aksara lontara.
b. penduduk dan perkampungan
sebuah kampung lama dipimpin oleh matowa dengan kedua pembantunya yang disebut sarieng dan parenung. Suatu gabungan kampung dalam struktur asli disebut dengan wanua dan pemimpinnya adalah arung palili’.
Rumah dalam kebudayaan ini dibangu diatas tiang kayu dan terdiri atas tiga bagian yaitu rakkeang adalah bagian atas rumah yang difungsikan sebagai lumbung, ale bola adalah tempat tinggal dan awasao yaitu lantai bawah panggung yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan alat-alat pertanian.
Menurut lapisan sosial yang menempati rumah bugis dapat dibedakan menjadi :
a. sao raja yaitu rumah yang ditinggali kaum bangsawan
b. sao piti’ yaitu rumah yang lebih kecil
c. bola yaitu rumah rakyat biasa
c. sistem kekerabatan
perkawinan dalam adat bugis-makasar dilangsungkan melalui beberapa kegiatan, kegiatan-kegiatan tersebut antara lain :
a. mapuce-puce (kunjungan keluarga laki-laki sebelum meminang)
b. massuro (kunjungan keluarga laki-laki untuk membicarakan keperluan acara pernikahan)
c. madduppa (pemberitahuan kepada kaum kerabat)
d. aggaukeng (pesta perkawinan)
setelah upacara pernikahan pada beberapa hari berikutnya pengantin baru berkunjung kerumah mertua dari mempelai laki-laki dan tinggal beberapa hari disana.

d. sistem kemasyarakatan
menurut friedericy dulu ada tiga lapisan pokok stratifikasi sosial pada budaya bugis-makassar, yang terdiri dari :
a. anakaruang (kaum kerabat raja)
b. to-maradeka (lapisan orang merdeka atau masyarakat biasa)
c. ata (lapisan budak)
juga masih menurut friedericy, lapisan ata merupakan suatu perkembangan kemudian yang terjadi dalam zaman perkembangan organisasi-organisasi pribumi disulawesi selatan.
e. sistem religi
religi orang bugis-makassa dalam zaman pra-islam, seperti yang tampak dari sure’ galigo, sebenarnya telah mengandung suatu kepercayaan kepada suatu dewa tunggal yang disebut dengan beberapa nama seperti : patoto-e, dewata seuwa-e, dan turie a’rana.
Waktu agama islam masuk sulawesi selatan pada permulaan abad ke-17, maka ajaran tauhid dalam islam mudah dapat dipahami oleh penduduk yang telah dipercaya kepada dewa yang tunggal dalam la galigo. Demikian agama islam dapat mudah diterima. Proses ini dipercepat dengan adanya kontak dengan kontak terus menerus dengan pedagang-pedagang melayu islam.

10. KEBUDAYAAN BALI
a. identifikasi
suku-bangsa bali merupakan suatu kelompok manusia yang terikat oleh kesadaran akan kesatuan budaya dan bahasa. Walaupun begitu dibali terdapat 2 bentuk masyarakat bali, yaitu bali-aga dan bali-majapahit. Bahasa bali juga termasuk keluarga bahasa-bahasa indonesia, apabila dilihat dari sudut perbendaharaan kata-kata dan strukturnya.
b. penduduk dan perkampungan
desa dibali terutama didasarkan atas kesatuan tempat yang terdiri dari tanah milik individu dan tanah ulayat. Disamping kesatuan wilayah, maka sebuah desa dibali merupakan pula kesatuan agama yang ditentukan oleh suatu kompleks kuil desa yang disebut kayangan tiga ialah pura puseh, pura bale-agung dan pura dalem.
Pada daerah yang memakai sistem banjar, maka ada bangunan bale banjar tempat warga banjar mengadakan rapat dan kegiatan-kegiatan lainnya. Dan disekelilingnya terdapat perumahan-perumahan warga banjar.
c. sistem kekerabatan
jika membicarakan tentang perkawinan, maka yang pantangan bagi orang bali adalah kawin antar klen (dadia, wangsa). Perkawinan yang dianggap pantas adalah perkawinan dalam satu klen. Adat perkawinan bali merupakan suatu rangkaian meminang dan upacara perkawinan (masakapan).
Kesatuan kekerabatan yang paling kecil adalah keluarga, lalu setelah itu diikuti oleh klen tunggal (tunggal dadia).
d. sistem kemasyarakatan
disamping kekerabatan patrilinel yang mengikat orang bali berdasarkan atas prinsip keturunan, ada pula kesatuan-kesatuan sosial berdasarkan kesatuan wilayah yaitu desa. Ada kesatuan adat yang khusus disebut dengan banjar, didalamnya beranggotakan orang-orang asli yang lahir dibanjar tersebut. Banjar dipimpin oleh seorang kepala yang disebut klian banjar (kiang). Selain itu dikenal pula subak, yang terdiri dari para pemilik sawah. Subak tersebut terlepas dari kepemimpinan banjar.
Susunan tertinggi sampai terendah klen-klen tersebut termaktub dalam kitab suci agama hindu, yaitu sistem empat kasta yang terdiri dari : kasta brahmana, ksatrya, waisya dan sudra. Gelar dari kasta brahmana adalah ida bagus (pria) dan ida ayu (wanita). Gelar untuk ksatrya adalah cokorda, dan bagi warga waisa adalah gusti.
e. sistem religi
sebagian besar orang bali menganut agama hindu, agama hindu banyak mengandung unsur-unsur lokal yang telah terjalin kedalamnya sejak zaman dahulu. Diberbagai daerah dibali terdapat pula berbagai variasi lokal dari agama hindu-bali tersebut. Dalam kehidupan agamanya, orang yang beragama hindu percaya akan adanya satu tuhan, yang terwujud dalam konsep trimurti.
Dilihat dari segi keseluruhannya dibali terdapat lima macam upacara (panca yadya), yang terdiri dari :
a. manusia yadya, yang meliputi upacara-upacara siklus hidup
b. pitra yadya, yang meliputi upacara kepada roh-roh leluhur
c. dewa yadya, upacara-upacara pada kuil
d. resi yadya, upacara yang berkenaan dengan pengangkatan pendeta
e. buta yadya, upacara yang ditujukan kepada mahkluk halus yang mengganggu.

11. KEBUDAYAAN SUNDA
a. identifikasi
secara antropologi-budaya dapat dikatakan bahwa yang disebut suku bangsa sunda adalah orang-orang yang secara turun-temurun menggunakan bahasa sunda sebagai bahasa ibu serta dialeknya dalam kehidupan sehari-hari dan berasal daritanah pasundan atau mereka menyebutnya dengan tatar sunda.
Didalam bahasa sunda juga terdapat kesusteraan yang kaya, bentuk karya sastra yang paling tua adalah cerita-cerita pantun. Yaitu cerita tentang pahlawan-pahlawan nenek moyang orang sunda dalam bentuk puisi dan diselingi oleh prosa.
b. penduduk dan perkampungan
sebagai suatu kesatuan administratif suatu desa mempunyai sistem pemerintahan desa, yang mengurus pemerintahan desa. Terdapat pula beberapa pejabat, dibawah ini:
1) kuwu yang berkewajiban mengatur rumah tangga desa
2) kokolot yang bertugas sebagai penyampai berita dari pamong desa kepada warga
3) juru tulis bertugas untuk mengurusi masalah administrasi
4) ulu-ulu bertugas mengatur dan merawat irigasi
5) amil bertugas untuk mengurusi pendataan kelahiran, kematian, nikah, cerai dll
6) kulisi bertugas untuk menjaga keamanan desa


c. sistem kemasyarakatan
hampir disemua desa dijawa barat mengenal tanah milik komunal (titisara), dulu tanah ini dibagikan atas keputusan kepala desa kepada orang-orang yang dianggap telah berjasa (sikep). Selain untuk para sikep adapula tanah untuk orang yang berjasa atas jerih payahnya mengurus dan mengatur masyarakat desa (tanah bengkok) dan tanah untuk kuncen makam (tanah awisan).
d. sistem kekerabatan
mengenai prinsip garis keturunan dapat dikatakan bahwa sistem kekerabatan dipasundan adalahbersifat bilateral. Yang dimaksud dengan garis keturunan bilateral adalah garis keturunan memperhitungkan hubungan kekerabatan melalui laki-laki maupun perempuan. Dilihat dari sudut ego, orang sunda mengenal istilah-istilah untuk tujh generasi keatas dan tujuh generasi kebawah, ialah :

keatas :
a. kolot
b. embah
c. buyut
d. bao
e. janggawareng
f. udeg-udeg
g. gantung siwur
kebawah :
a. anak
b. incu
c. buyut
d. bao
e. janggawareng
f. udeg-udeg
g. gantungsiwur


e. sistem religi
agama dari sebagian orang sunda adalah agama islam, tetapi dalam kehidupan keagamaan pada orang sunda juga terdapat unsur-unsur yang bukan kebudayaan islam. Sebagai contoh adalah orang-orang sunda yang ada dipedesaan, mereka pergi kemakam-makam suci sebagai tanda kaul atau untuk menyampaikan permohonan dan restu sebelum mengadakan suatu usaha.



12. KEBUDAYAAN JAWA
a. identifikasi
daerah kebudayaan jawa itu luas, yaitu meliputi seluruh bagian tengah dan timur pulau jawa. Sungguhpun demikian ada daerah-daerah yang secara kolektif sering disebut daerah kejawen.
Didalam pergaulan sehari-hari pada waktu mengucapkan bahasa daerah ini kita harus memperhatikan dan membedakan keadaan lawan bicara baik dari segi usia maupun status sosial. Kriterianya adalah sebagai berikut :
a. bahasa jawa ngoko, dipakai apabila lawan kita adalah teman akrab dan lebih muda
b. bahasa jawa krama, dipakai apabila lawan bicara adalah orang yang belum begitu kenal dan seumuran
c. bahasa jawa krama inggil, adalah bahasa yang paling tinggi dan kalangan istana.
b. Penduduk dan perkampungan
desa sebagai tempat kediaman masyarakat jawa adalah suatu wilayah hukum sekaligus menjadi pusat pemerintahan tingkat paling rendah. Secara administratif desa langsung berada dibawah kekuasaan orang kecamatan yang terdiri dari dukuk-dukuh dan dikepalai oleh kepala dukuh.
Rumah adat jawa tiang terbuat dari batang bambu atau kayu jati, kemudian dindingnya terbuat dari anyaman bambu (gedek) dan atapnya terbuat dari genting atau anyaman daun kelapa kering (blarak). Berdasarkan bangun atapnya rumah-rumah tersebut dibedakan menjadi : rumah limasan, serotong, joglo, panggangepe, daragepak, macan njarum, klabang nyander, tajuk, kutuk ngambang dan sinom.
c. sistem kekerabatan
sistem kekerabatan orang jawa berdasarkan prinsip keturunan bilateral. Yaitu kekerabatan dari ayah maupun ibu. Sedangkan sistem istilah kekerabatannya menunjukkan klasifikasi menurut angkatan-angkatan. Semua kakak laki-laki maupun perempuan dari saudara ibu dan ayah diklasifikasikan menjadi satu dengan satu istilah siwa atau uwa. Sedangkan adik-adik laki-laki maupun perempuan dari saudara ibu dan ayah diklasifikasikan menjadi dua golongan yaitu paman untuk laki-laki dan bibi untuk perempuan.
Dalam masalah perkawinan terlebih dahulu diselenggarakan beberapa kegiatan, yaitu :
a. nakokake yaitu mempertanyakan sigadis sudah adayang punya atau belum pada keluarganya.
b. Paningsetan yaitu kegiatan untuk mengikat sang gadis dan menandai bahwa sebentar lagi gadis tersebut akan menikah.
c. Leklekkan yaitu mengajak tetangga dan kaum kerabat untuk terjaga semalam suntuk sebelum hari pernikahan
d. Ijab kabul yaitu upacara pernikahan atau akad nikah
e. Temon yaitu mempertemukan kedua pengantin setelah akad nikah.
d. sistem kemasyarakatan
didalam kenyataan hidup maayarakat jawa, mereka masih membedakan antara orang priyayi yang terdiri dari kaum terpelaja dan cendikia dan orang kebanyakan yang disebut wong cilik. Sedangkan menurut kriteria pemeluk agamanya orang jawa biasanya membedakan atas orang santri dan orang agama kejawen.
e. sistem religi
agama asli umumnya berkembang baik dikalangan masyarakat jawa, walaupun demikian dengan landasan kriteria pemeluk agamanya, ada yang disebut islam kejawen dan islam santri. Kebudayaan jawa juga sedikit banyak masih terpengaruh oleh agama hindu dan budha.








13. KEBUDAYAAN TIONGHOA DIINDONESIA
a. identifikasi
orang tionghoa yang ada diindonesia, sebenarnya tidak merupakan satu kelompok yang asal dari satu daerah dinegara cina, tetapi terdiri dari beberapa suku bangsa yang berasa dari dua profinsi yaitu fukien dan kwangtung, ada empat bahasa yang mereka gunakan yaitu : hokkien, teo-chiu, hakka dan kanton.
b. penduduk dan perkampungan
Dikarenakan sebagian besar orang tionghoa diindonesia tinggal dikota, maka saya hanya membicarakan tentang perkampungan tionghoa dikota-kota saja. Perkampungannya biasanya merupakan deretan rumah yang berhadap-hadapan dijalan pusat pertokoan.
Ciri khas dari rumah-rumah orang tionghoa adalah ukiran-ukiran kuno yang berbentuk naga dan atapnya berbentuk lancip. Bagian depan rumah selalu digunakan ruangan tamu merangkap tempat meja abu.
c. sistem kekerabatan
budaya tionghoa mengenal atau menganut sistem patrilineal, kelompok keluarga terkecil bukanlah keluarga-batih, melainkan keloarga luas yang virilokal. Karena itu hubungan kekerabatan dari pihak ayah lebih erat, tetapi perkembangan sekarang menunjukkan hubungan yang sama erat dikedua belah pihak.
d. sistem kemasyarakatan
tionghoa peranakan yang kebanyakan terdiri dari orang hokien, merasa dirinya lebih tinggi dari orang tionghoa totok karena mereka menganggap tionghoa totok berasal dari keturunan kuli atau buruh. Sebaliknya tionghoa totok menganggap bahwa tionghoa peranakan adalah yang lebih rendah dikarenakan mereka berdarah campuran.
e. sistem religi
diindonesia umumnya orang menganggap bahwa orang tionghoa beragama budha, namun diantara mereka ada juga yang menganut ajaran tao, kong fu-tze, kristen katolik dan islam.
Dalam pemujaan leluhur dengan memelihara abu dalam rumah, ayah menjadi pemuka upacara. Kewajiban ini diturunkan kepada anak laki-laki sulungnya.







KESIMPULAN

Kebudayaan merupakan salah satu unsur penting yang ada dalam suatu negara atau bangsa. Dengan adanya kebudayaan maka kita mempunyai identitas ataupun cirikhas yang membedakan kita dari bangsa-bangsa lain yang ada didunia. Sehingga kita mempunyai sesuatu yang dapat kita banggakan dan memberikan nilai lebih dimata dunia. Kebudayaan yang kita miliki bukan hanya sejumlah yang ada pada makalah ini namun masih belum semua kebudayaan bangsa ini yang belum terdukomentasikan dengan baik sehingga tidakbisa kita bahas pada kesempatan ini. Kitalah sebagai generasi muda, generasi penerus bangsa ini yang bertugas untuk melestarikan dan memperlihatkan budaya kita kepada bangsa lain.
Kebudayaan bukanlah suatu masalah yang bisa dijadikan alasan untuk memecah belah bangsa ini. Budayalah yang memacu kita untuk mempersatukan dan berkarya untuk masa yang akan datang.

















Daftar Pustaka

Koentjaraningrat. 1999. Manusia dan kebudayaan diindonesia. Jakarta: Djambatan
Bandrika, I. Wayan. 1996. Sejarah nasional dan umum untuk SMU. Jakarta: erlangga
Asril. 2008. Sejarah asia tenggara. Pekanbaru: FKIP universitas riau
Soekanto, soerjono. 1990. SOSIOLOGI suatu pengantar. Jakarta: raja grafindo persada
Groslier, B.P. 2007. INDOCINA persilangan kebudayaan. Jakarta: grafika

http://id.wikipedia.com
http://bluefame.com/forumsejarah
http://sejarahtok.blogspot.com












Diposkan oleh xlywon box di 09:36

0 komentar:



Tidak ada komentar:

Posting Komentar